Pengantar

 
Pondok Pesantren Al-Hidayah adalah institusi pendidikan yang berdomisili di kabupaten Kediri kecamatan Pare yang didirikan oleh KH.Syarwani Said, yang mana beliau adalah salah satu alumni PonPes Lirboyo.

Di Pondok Pesantren ini metode Amtsilati telah diterapkan sejak 5 tahun yang lalu, yaitu metode cepat dan mudah mempelajari ilmu Nahwu-Shorof dan belajar kitab kuning. Disamping itu, mulai tahun ini dikembangkan pula berbagai metode pembelajaran yang bersifat akseleratif, seperti metode cepat dalam berbahasa asing (4 bahasa) dan metode cepat menghafal Asma'ul Husna dan Al-Qur'an (lafdzon, ma'nan wa tartiban).



Ma huwa Amtsilati? 



Metode Amtsilati adalah metode cepat dan mudah untuk mempelajari ilmu Nahwu dan Shorof sebagai dasar dalam mempelajari Al-Qur'an, Hadist dan kitab-kitab salaf (kitab kuning). Metode tersebut disusun oleh KH.Taufikul Hakim, pengasuh ponpes Darul Falah Jepara, sekitar 5 tahun yang lalu. Kitab metode Amtsilati terdiri dari 5 jilid Amtsilati, 1 khulashoh (yang berisi ringkasan Alfiyah 184 bait) ; 1 Qoidaty (yang berisi tentang kaidah dan rumus), 2 jilid tatimmah (yang berisi tentang metode penerapan pada struktur kalimat) ; dan shorfiyah (yang berisi tenteng kaidah I'lal dan tasrif lughowi serta istilahi). (jadi, 1 paket metode Amtsilati terdiri atas 10 kitab).



Pendekatan model pembelajaran Amtsilati dapat digambarkan sebagai berikut :



§  Model belajar yang Partisipatif dan santri aktif ; artinya dalam kegiatan pengajian , posisi guru hanya sebagai komando dan fasilitator, sementara yang banyak membaca dan memahami adalah santri.



§  Model belajar Tuntas ; artinya bahwa setiap santri yang mempelajari Amtsilati harus melalui tahapan sesuai dengan tingkatan jilid yang ada, dan untuk bisa mengikuti pada tingkat jilid berikutnya, santri harus telah menuntaskan materi pada jilid sebelumnya yang dibuktikan melalui target hafalan dan hasil evaluasi tulis dengan toleransi kesalahan maksimal 7% soal.



§  Model pembelajaran Akselaratif ; artinya bahwa metode ini memberikan kemudahan bagi santri untuk bisa mempelajari kitab kuning secara enjoy dan menyenangkan dengan pola pengoptimalan otak kanan melalui Nadhom Alfiyah dan kandungan makna yang dilagukan. Disampimg itu, metode penulisannya menggunakan "peta lokasi" .



§  Model Sistematika penulisan yang simpel ; yaitu dengan mengenalkan langsung anak pada materi, dengan contoh-contoh dari Al-Qur'an dan Hadist, yang dimulai dari satuan kalimat yang bersifat mabni, kemudian kalimat yang mu'rob, baru masuk pada tarkib/jumlah, baik yang ismiyah maupun fi'liyah. Didalam metode Amtsilati, pada tahap awal santri tidak dikenalkan untuk  menghafal ta'rif atau pendefinisian tentang istilah, tetapi langsung masuk kepada contoh dengan mengulang –ulang minimal 10 contoh. Untuk pemahaman tentang definisi, diberikan pada lanjutan Amtsilati.




Prinsip dan Manajemen Penerapan Amtsilati


Untuk keberhasilan penerapan Amtsilati, diperlukan manajemen penerapan, baik dari segi kegiatan pembelajaran maupun scheduling waktu, dengan prinsip-prinsip sebagai berikut ;

§  Semua unsur yang ada didalam lembaga harus mempunyai Visi yang sama tentang metode Amtsilati, bahwa ia adalah merupakan metode yang cepat dan mudah bagi pemula, dengan tekad dan komitmen bersama untuk menerapkan metode tersebut.

§  Harus ada tim guru yang memahami penerapan proses pembelajaran Amtsilati dan menerapkan sepenuhnya secara istiqomah.

§  Guru Amtsilati harus mematuhi petunjuk dan tahapan pembelajaran sesuai yang ditentukan. Tidak boleh menaikkan santri pada tingkat berikutnya kalau santri tersebut belum benar-benar menguasai materi yang diajarkan sebelumnya, baik dalam evaluasi tes tulis atau jumlah hafalan Khulasoh yang diharuskan.

§  Dalam menghafal Khulasoh harus berpegang pada prinsip kontinuitas (istiqomah). Usahakan dalam sehari para santri hafal 1 nazhom Khulasoh. Dan ada waktu-waktu tertentu yang disediakan oleh guru untuk menerima setoran Khulasoh beserta Qo'idaty.

§  Guru harus betul-betul memposisikan sebagai fasilitator (pemandu), biarkan santri yang banyak aktif membaca dan mempelajari secara bergantian.



Adapun beberapa kiat manajemen penerapan Amtsilati yang bisa dipedomani sebagaimana yang diterapkan di Ponpes Hiayatul Mubtadiin adalah sebagai berikut :

1.      Sebelum pengajian Amtsilati berlangsung, santri terlebih dahulu dikelompokkan dengan jumlah masing-masing kelompok maksimal 10 orang dengan 1 pembina.

2.      Setelah dilakukan evaluasi hasil pembelajaran jilid 1, maka santri dilakukan pengelompokan kembali sesuai dengan tingkat kemampuan dan kecepatan pemahaman sesuai dengan hasil evaluasi jilid 1 tersebut. Santri yang cepat dikumpulkan dalam kelompok tersendiri yang berbeda dengan santri yang tidak cepat, sehinggga santri yang cepat akan belajar lebih akselaratif, sementara yang lambat tidak akan putus asa dan bisa memantapkan diri dengan mengulang jilid yang belum dikuasai atau belum dinyatakan lulus.

3.      Ada scheduling hafalan Khulasoh dan Qo'idaty dengan buku pengendali kontrol hafalan untuk masing-masign santri.

4.      Evaluasi dilakukan secara tertulis dengan model soal yan bervariatif sesuai dengan jilid yang diujikannya. Dengan menyebutkan dasar. Disamping tertulis, setiap jilid santri harus sudah hafal jumlah Khulasoh sesuai dengan yang ditentukan.

5.      Setiap hasil evaluasi, santri harus ditunjukkan, termasuk lembar jawaban yang telah dikoreksi dikembalikan kepada santri agar santri mengetahui pada materi mana yang ia mampu dan yang ia belum kuasai.

6.      Untuk lebih mempercepat hafalan dan memperkuat daya ingat hafalan Khulasoh, diusahakan Khulasoh dijadikan wiridan atau pujian sebelum sholat atau setelah sholat maktubah secara bertahap.

7.      Setelah santri dinyatakan selesai proses belajar Amtsilati, maka dilanjutkan pada pelajaran Shorfiyati dan Tatimmah sebagai tingkat lanjutan untuk menerapkan Nahwu-shorof yang telah dipahami pada ta'bir kitab.

8.      Perlu ada proses pembiasaan dimana semua pengajian kitab selain Amtsilati, harus diusahakan ustadz yang membaca atau Qori' kitab tersebut senantiasa menanyakan kalimat-kalimat tertentu dengan pertanyaan Nahwu-Shorof nya melalui pendekatan Amtsilati. Pertanyan tersebut diberikan kepada santri sesuai dengan tingkat jilid yang dipelajarinya. Untuk memudahkan mengetahui tingkatan jilid Amtsilati yang dipelajari santri, Qori' kitab tersebut sebaiknya membawa data absensi anak ketika mengaji.



Demikian sekilas tentang manajemen penerapan metode Amtsilati di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin



Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin



                    K.Syarwani Said

 





0 komentar: